Rabu, 16 Mei 2012

Masalah Mobil Hybrid


Penggunaan mobil hybrid  penting untuk menghemat konsumsi bahan bakar fosil. Mobil ini juga menjadi solusi kongkret dari pemanasan global. Sayangnya, harganya masih sangat tinggi sehingga banyak orang  enggan membelinya.
Keadaan seperti ini pun terjadi di negara maju yang selama ini dianggap sebagai pusat industri automotif dunia. Sebagai contoh Amerika ataupun Jepang. Di kedua negara ini, kecenderungan masyarakat untuk membeli mobil hybrid masih terbilang kecil.
Chief Executive Nissan Motor, Carlos Ghosn mengatakan bahwa mobil hybrid sekarang ini memang sedang menjadi perhatian banyak orang, tetapi teknologinya masih terlalu mahal untuk diaplikasikan dan dimiliki untuk kegiatan sehari-hari. Sehingga mobil ini sekarang ini baru menjadi konsumsi kalangan tertentu.
Selama 2007, di Amerika mobil hybrid terjual sebanyak 350.289 unit dari 16 juta unit kendaraan yang terjual.
Di pasar Jepang sebagai negara utama produksi mobil hybrid, penjualannya justru lebih kecil lagi. Ini disebabkan karena selisih harga yang masih cukup jauh antara mobil hybrid dan versi konvensionalnya. Misalnya model Civic hybrid yang dihargai USD3.700 atau sekitar Rp33,5 juta lebih mahal dibanding versi mesin konevensionalnya.
Untuk merealisasikan agar teknologi mobil ramah lingkungan ini harganya terjangkau,  maka pabrik mobil di Jepang terus berupaya melakukan pengembangan teknologi. Pemerintah Jepang pun tak tinggal diam. Untuk itu, pemerintah menyiapkan dana sebesar USD1,9 miliar atau sekira Rp17,2 triliun untuk sektor penelitian dan pengembangan mobil ramah lingkungan yang digulirkan bertahap hingga 2012.
Dana ini tidak hanya digunakan untuk pengembangan dan penelitian teknologi hybrid (semi listrik) terbaru, namun juga bio feul, hydrogen, listrik, dan lainnya. Dari total dana penelitian yang diberikan, sebanyak 32 miliar yen atau sekira Rp2,6 triliun dihabiskan untuk mobil hydrogen feul cell. Mobil listrik dan liquid petroleum gas (LPG), masing-masing menghabiskan dana sebesar Rp2,1 triliun dan Rp2 triliun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar